Penjelasan dan Contoh Kasus
Penemu teori ini adalah Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw. Teori ini
pertama kali muncul sekitar..
tahun 1973 dengan publikasi pertamanya berjudul “The Agenda Setting Function of The Mass Media” Public Opinion Quartely No.37.
tahun 1973 dengan publikasi pertamanya berjudul “The Agenda Setting Function of The Mass Media” Public Opinion Quartely No.37.
Penelitian tentang pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 1968,
menjadi latar belakang lahirnya teori ini. Pada saat itu ditemukan hubungan
yang tinggi antara penekanan berita dengan bagaimana berita itu dinilai
tingkatannya oleh pemilih. Meningkatnya nilai penting suatu topik berita pada
media massa menyebabkan meningkatnya nilai penting topik tersebut bagi
khalyaknya.
Dalam teori agenda setting ini dikatakan media khusunya media berita tidak
selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut
benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Dasar pemikiran
teori ini adalah di antara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang
mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi
pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode tertentu. Akan
terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media.
Contoh kasus adalah Prita Mulyasari. Ibu muda yang dipenjara karena
mengeluhkan pelayanan sebuah institusi melalui email di sebuah mailist. Media
massa mengeksposnya. Tak ayal, dukungan dan simpati mengalir deras bagi
pembebasannya. Sampai-sampai diadakannya aksi solidaritas Koin Peduli Prita
dalam rangka membantu Prita dalam memperoleh uang untuk bayar denda kepada
Rumah Sakit Omni Internasional sebesar Rp204.000.000,-. Alhasil sumbangan
seluruh masyarakat dari seluruh Indonesia sebesar Rp825.728.550,-. Jumlah ini
empat kali lipat melebihi denda yang harus dibayarkan Prita kepada Rumah Sakit
Omni Internasional.
Framing yang dilakukan media membuat suatu berita terus menerus ditayangkan
di media sehingga muncul agenda publik. Seperti yang dikatakan Robert N.
Ertman, framing adalah proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga
bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain.
Masyarakat akan menjadikan topik utama yang diangkat oleh media sebagai bahan
perbincangan sehari-hari. Pengaruh dari teori agenda setting terhadap
masyarakat dan budaya sangat besar. Dunia fashion mengambil kesempatan ini
untuk menarik style untuk kemudian menjadikannya trendsetter.
Bahkan hingga menyentuh lapisan masyarakat menengah ke bawah. Banyak dijual
kaos bergambar wajah Manohara di pasaran. Popularitas Manohara di tanah air
langsung melesat bak meteor. Begitu juga yang terjadi pada kasus Prita. Dampak
dari media massa yang terus mem-blow up kasusnya terbentuklah opini
publik yang cenderung untuk memberinya dukungan.
Pendapat para Ahli terkait Teori Agenda Setting
Chaffe dan Berger (1997) mengemukakan beberapa catatan untuk memperjelas
teori ini.
- Teori itu mempunyai kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang sama-sama menanggap penting suatu isu.
- Teori itu mempunyai kekuatan memprediksikan sebab memprediksi bahwa jika orang-orang mengekpos pada satu media yang sama, mereka akan merasa isu yang sama tersebut penting.
- Teori itu dapat dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos media yang sama maka mereka tidak akan mempunyai kesamaan bahwa isu media itu penting.
Stephen W.Littlejohn (1992) mengatakan, agenda setting beroperasi dalam
tiga bagian sebagai berikut.
- Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda media itu terjadi pada waktu pertama kali.
- Agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar kekuatan media mampu memengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu melakukannya.
- Agenda publik memengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adakah pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting bagi individu.
Kelemahan Teori Agenda Setting
Coba kita lihat skandal Century yang semakin memanas hingga hari ini.
Beritanya tidak menjadi topik utama di semua media massa. Hanya beberapa media
saja yang menjadikannya headline. Itu terjadi karena tidak sesuai
dengan selera publik. Di sinilah kelemahan dari teori agenda setting. Ketika
mulai masuk ke selera publik maka teori yang lebih relevan untuk melihatnya
adalah Uses dan Gratification. Teori inimempertimbangkan apa yang
dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya.
Dalam memenuhi kebutuhan secara psikologis dan sosial, audiens menjadi
tergantung pada media massa. Audiens memperlakukan media sebagai sumber
informasi bagi pengetahuan mengenai perkembangan kasus Century. Karena itu,
media pun bersedia menayangkan Sidang Pansus Century secara live. Media mencoba
memberikan apa yang dibutuhkan oleh audiens sehingga memberikan efek dalam
ranah afektif audiens. Salah satunya adalah meningkat dan menurunnya dukungan
moral terhadap skandal Century yang sedang dalam penyelesaian.
Bernard C. Cohen (1963) mengatakan bahwa pers mungkin tidak
berhasil banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi
berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Ini termasuk
dalam kelebihan dari teori agenda setting sementara yang lainnya adalah
memiliki asumsi bahwa suatu berita mudah dipahami dan mudah untuk diuji. Dari
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki teori agenda setting tentu ada saja
dampak negatif dan positifnya.
Sumber:
- Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
- http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/03/kekuatan-agenda-setting-dalam-membentuk-opini-publik/
- yekai2000.blogspot.com/2008/10/agenda-setting-theory-teori-agenda.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar